January 16, 2025

Produk Asuransi Lebih Mudah Dijual ke Para Milenial

0
foto webinar AJI

JAKARTA – Kaum milenial saat ini memiliki dua hal yang tidak dimiliki generasi pendahulunya. Yakni, melek teknologi informasi dan memiliki risk taker yang lebih besar. Dengan kemampuan mencari informasi di dunia maya, menjadikan generasi milenial lebih melek informasi, termasuk berbagai hal informasi asuransi lebih lengkap dan detail.

Mereka tidak perlu lagi mendapatkan penjelasan dari agen atau penjual asuransi, karena mereka lebih cepat mendapatkan informasi tersebut. Dari sisi risk taker, juga lebi besar. Kaum milenial sudah biasa berinvestasi dalam berbagai invstrumen, termasuk saham, reksadana, dan lainnya.

“Dua hal tersebut memudahkan perusahaan asuransi berpeluang menjual produk asuransinya kepada para milenial sekarang ini,” kata Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu saat acara Diskusi Daring Publik bertema “Transformasi Asuransi Jiwaa sebagai Solusi Perlindungan dan Perencanaan Keuangan Jangka Panjang,” yang diadakan AJI dengan AXA Mandiri, Kamis (04/03/2021).

Lebih lanjut Togar mengungkapkan, adanya Covid-19 dan bisnis global yang tengah turun menjadikan tantangan tersendiri bagi perusahaan asuransi. Beruntungnya, adanya Covid-19 menjadikan masyarakat justru lebih mengerti betapa pentinganya berasuransi, mengingat kejadian demi kejadian berbarengan dengan Covid-19 membuat masyarakat ingin memberikan proteksi dan kenyamanan buat keluarganya.

Perusahaan asuransi sendiri, berkat dukungan dari OJK, juga memanfaatkan teknologi informasi (IT) untuk menjual produk asuransi yang sesuai dengan kondisi sekarang, yaitu asuransi Kesehatan.

“Perkembangan digital memudahkan perusahaan asuransi menyiapkan tool untuk memudahkan calon nasabah, nasabah perusahaan asuransi mendapatkan apa yang mereka cari, mereka butuhkan. Misal, mereka ingin mengetahui produk asuransi Kesehatan yang cari, semua mudah ditemukan, karena perusahaan asuransi sudah menyiapkan melalui aplikasi yang telah disiapkan,” paparnya.

Bahkan, beberapa perusahana asuransi bergerak cepak dan hadir di market place, e-commerce, dan lainnya.

Togar berharap OJK juga merevisi mengenai bankassurance yang menurutnya harus dilakukan penyesuaian.  

“Saat ini eranya bank digital, sehingga bancassurance juga harus didesain ulang. Tidak lucu kan, bank sudah digital, bisnis asuransi masih model lama,” katanya memberi alasan.

Sementara itu, Direktur Kepatuhan  Axa Mandiri Financial Services (AMFS) Rudy Kamdani mengungkapkan mengenai data dari Alvara Research Center, bahwa kebutuhan manusia di new normal tersebut ada tiga, yaitu Digital Impact, Social Impact, dan Consumption Impact. Terkait kondisi sekarang, Rudi melihat tantangan yang ada sudah menjadi peluang, di mana situasi merupakan given dengan adanya covid-19. Perkembangan terbaru adalah hadirnya vaksin  membuat peluang menjadi besar, termasuk di dunia asuransi.

“Kami di AXA telah memanfaatkan peluang akibat tiga perubahan, yaitu tingkat kesadaran masyarakat mengenai kebutuhan perlindungan masyarakat, mendorong percepatan transformasi digital, di mana yang direncanakan dikenalkan 2-3 tahun mendatang, sekarang dipercepat. Satu lagi, yaitu mendorong invoasi dan kreativitas, dan AXA Mandiri ada think thank untuk merencanakan apa saja,  menciptakan solusi perlindungan dan layanan bagi nasabah,” papar Rudi.

Kini, AXA Mandiri juga fokus pada proteksi jiwa dan kesehatan. Edukasi pada masyarakat adalah asuransi sama dengan proteksi.

“Bagi kami, buat customer lebih dari sekedar proteksi. Nasabah adalah partner. Makanya, pada 1 juta nasabah AXA Mandiri kami berikan layanan telekonsultasi,” jelas Rudi.

Layanan lebih buat nasabah AXA Mandiri adalah klaim kesehatan via aplikasi WhatsApp (WA) untuk nilai tertentu, kayanan eksekutif di Rumah Sakit, evakuasi medis, perawatan kesehatan sesuai kebutuhan, dan penyediaan opini medis kedua dan concierge medis.

Terkait dengan produk untuk milenial, tentu saja AXA Mandiri juga menyiapkannya. Perusahaan memang berusaha menyiapkan segala kebutuhan calon nasabahnya, dalam hal produk asuransi.

Deputi Direktur Pengawasan AsuransiII OJK Kristianto Andi Handoko mengatakan, regulator OJK dan pelaku bisnis asuransi dan AAJI berusaha terus memecahkan kebutuhan yang ada saat pandemi. Salah satunya adalah terbitknya kebijakan relaksasasi, di mana perusahana asuransi bisa melakukan upaya penjualan produk unitlingk (PAYDI) secara virtual face to face atau  tatap muka secara virtual.

“tujuannya adalah mendorong pertumbuhan bisnis asuransi. Tentu saja, kebijakan yang mendukung pertumbuhan industry asuransi tetap  mengedepankan kepentingan konsumen. Setiap perusahaan perlu dilakukan assessment, di challenge dulu, dilakukan test . apakah  IT-nya memadai tidak. Bila lolos bisa diijzinkan berjualan dan kami tetap melakukan pengawasan secara rutin.” Kata Andi.(****)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *